Tren Game 2025: Gelombang Baru Gameplay “Souls-like” dan “Roguelike” yang Menghipnotis Gamer Indonesia
Tahun 2025 menjadi saksi pergeseran selera yang menarik di kalangan gamer Indonesia. Jika beberapa tahun lalu battle royale dan MOBA mendominasi percakapan, kini gelombang minat justru mengalir deras ke arah genre yang menantang dan membutuhkan kedalaman strategi: Souls-like dan Roguelike. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah evolusi selera di mana pemain lokal semakin menghargai kepuasan yang didapat dari menguasai mekanik kompleks, eksplorasi dunia yang imersif, dan cerita yang disampaikan secara environmental.

Kombinasi antara desain level yang kejam, pertarungan bos yang epik, serta sistem kematian yang berarti (seperti kehilangan sumber daya atau harus mengulang dari checkpoint) ternyata justru memicu adrenalin dan rasa pencapaian yang tinggi. Game seperti “Elden Ring” yang tetap relevan hingga kini, ditambah dengan rilis-rilis baru seperti “Black Myth: Wukong” yang fenomenal secara global, telah membuka mata komunitas Indonesia terhadap daya tarik genre ini. Developer lokal pun mulai jeli melihat peluang ini, dengan beberapa studio mulai mengembangkan proyek yang terinspirasi oleh elemen-elemen kunci dari genre tersebut, namun dengan sentuhan cerita dan setting khas Nusantara.
Mengapa Souls-like & Roguelike Menjadi Magnet Baru?
Ada beberapa faktor kunci yang menjelaskan mengapa dua genre ini begitu disukai, khususnya di pasar Indonesia yang dinamis:
- Nilai Reputasi dan Prestise (Braging Rights): Menyelesaikan game Souls-like atau mencapai run yang sempurna di game Roguelike adalah sebuah prestasi. Di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan komunitas Discord, membagikan momen mengalahkan bos sulit atau menyelesaikan run dengan build tertentu memberikan nilai sosial yang tinggi. Ini selaras dengan budaya gaming Indonesia yang sangat komunitas dan kompetitif.
- Nilai Hibur per Jam yang Tinggi: Game Roguelike, dengan struktur run-based-nya, menawarkan kebaruan dan tantangan yang terus berulang. Setiap sesi bermain terasa unik karena kombinasi item, kemampuan, dan layout peta yang acak. Bagi gamer yang menginginkan pengalaman padat tanpa komitmen cerita panjang, genre ini sempurna.
- Kedalaman Mekanik yang Memuaskan Rasa Ingin Tahu: Komunitas gamer Indonesia semakin matang. Mereka tidak hanya mencari grafis wah, tetapi juga kedalaman gameplay. Genre Souls-like dan Roguelike menawarkan ruang eksperimen yang luas untuk teori-crafting, build optimization, dan penguasaan pola serangan musuh. Proses belajar dan akhirnya menguasai mekanik tersebut memberikan kepuasan intrinsik yang sangat kuat.
- Dukungan Konten Kreator: Tren ini diperkuat oleh konten kreator lokal. Streamer dan YouTuber game Indonesia banyak yang membuat konten “challenge”, “no-hit run”, atau “build broken” untuk game-genre ini. Konten semacam ini tidak hanya menghibur tetapi juga edukatif, mengajari pemain lain strategi dan memperluas jangkauan genre ini.
Potret Pasar: Adaptasi dan Peluang bagi Developer Lokal
Respons dari industri game Indonesia terhadap tren ini cukup menggembirakan. Kita melihat dua pendekatan utama:
Pertama, adaptasi mekanik inti ke dalam genre yang sudah populer. Beberapa game mobile RPG atau action lokal mulai memasukkan elemen seperti dodge roll dengan i-frame (invincibility frames), stamina management, dan pola serangan bos yang harus dipelajari, yang merupakan ciri khas Souls-like. Ini adalah cara yang cerdas untuk memperkenalkan kompleksitas secara bertahap kepada audiens yang lebih luas.
Kedua, pengembangan game indie berorientasi genre murni. Studio-studio indie Indonesia mulai berani membuat game dengan label “Souls-like” atau “Roguelike” sebagai selling point utama. Mereka sering kali memadukan elemen tersebut dengan mitologi, folklore, atau setting lokal. Bayangkan sebuah game Souls-like dengan latar kerajaan Majapahit dengan armor dan senjata tradisional, atau game Roguelike yang menjelajahi labirin di alam gaib Nusantara. Pendekatan ini tidak hanya mengejar tren global, tetapi juga menawarkan diferensiasi yang kuat di pasar internasional.
Tantangan dan Pertimbangan untuk Gamer Pemula
Bagi pemain yang baru ingin mencoba terjun ke dunia Souls-like atau Roguelike, mungkin akan merasa kewalahan. Berikut beberapa tips dari perspektif pemain senior:
- Mulailah dengan “Gateway Game”: Tidak perlu langsung memulai dengan game yang paling sulit. Cobalah game Roguelike yang lebih mudah didekati seperti “Hades” (dengan narasi yang menarik) atau Souls-like dengan tingkat kesulitan yang lebih dapat disesuaikan seperti “Star Wars Jedi: Fallen Order”.
- Gagal adalah Bagian dari Proses: Konsep terpenting untuk diinternalisasi adalah bahwa kematian dan kegagalan bukan akhir. Setiap kematian dalam Souls-like adalah pelajaran untuk mempelajari pola musuh. Setiap run yang gagal dalam Roguelike memberikan pengetahuan untuk run berikutnya.
- Manfaatkan Komunitas: Komunitas game Indonesia umumnya sangat suportif. Jangan ragu untuk bertanya di forum, grup Facebook, atau Discord. Banyak pemain veteran yang senang berbagi tips, strategi build, atau bahkan mau membantu secara kooperatif (jika game-nya mendukung fitur multiplayer).
- Fokus pada Satu Game Dahulu: Kedalaman mekanik genre ini membutuhkan waktu untuk dicerna. Lebih baik menguasai satu game secara mendalam daripada mencoba banyak game sekaligus dan merasa frustrasi di semua game.
Masa Depan: Apakah Tren Ini Akan Bertahan?
Berdasarkan pola industri dan minat komunitas, gelombang minat terhadap game dengan kedalaman dan tantangan tinggi ini diprediksi akan bertahan setidaknya dalam beberapa tahun ke depan. Genre ini telah membuktikan daya tariknya yang kuat di kalangan “core gamer”. Tantangan bagi developer, baik global maupun lokal, adalah bagaimana terus berinovasi dalam kerangka genre ini tanpa kehilangan esensi yang membuatnya menarik.
Inovasi mungkin datang dari integrasi teknologi seperti AI untuk menciptakan pola musuh atau layout dungeon yang lebih dinamis dan adaptif terhadap gaya bermain pemain. Selain itu, blending dengan genre lain—misalnya, Souls-like dengan elemen survival atau Roguelike dengan narasi branching yang kompleks—akan terus melahirkan pengalaman baru yang segar.
Bagi gamer Indonesia, ini adalah era yang menyenangkan. Kita tidak hanya menjadi konsumen pasif dari tren global, tetapi juga mulai melihat dan mendukung karya-karya lokal yang berani mengambil inspirasi dari tren tersebut dan mengolahnya dengan identitas kita sendiri. Tren Souls-like dan Roguelike lebih dari sekadar genre game; ia adalah cerminan dari komunitas gaming yang semakin berkembang, kritis, dan haus akan pengalaman bermain yang bermakna dan menantang.