Fenomena Kembalinya Game ‘Idle Naratif’ dan Mengapa ‘Sort the Court’ Masih Relevan di 2025
Dalam hiruk-pikuk industri game yang didominasi oleh grafik ultra-realistis dan mekanisme kompleks, sebuah tren tenang justru kembali mendapatkan momentumnya di kalangan gamer Indonesia. Game-game bertema “idle” atau “incremental” dengan narasi ringan, seperti Sort the Court, kembali viral di media sosial dan forum diskusi. Kebangkitan ini bukanlah kebetulan, melainkan cerminan dari perubahan pola konsumsi hiburan digital masyarakat Indonesia yang semakin dinamis dan terfragmentasi oleh waktu.

Tren ini menunjukkan bahwa di tengah maraknya game-game berat, ada kebutuhan besar akan pengalaman gaming yang bisa dinikmati secara bite-sized—dalam jeda waktu singkat seperti saat menunggu antrean, istirahat kerja, atau sekadar mengisi waktu senggang. Gameplay idle naratif seperti yang ditawarkan Sort the Court, dengan keputusan berbasis teks yang sederhana namun berdampak, ternyata menjadi formula yang sempurna untuk era di mana perhatian kita terbagi-bagi.
Memahami Kembalinya “Sort the Court” dan Genre Sejenis
Sort the Court!, game yang awalnya dirilis beberapa tahun lalu, menemukan kehidupan barunya berkat platform seperti TikTok dan YouTube Shorts. Klip-klip pendek berisi keputusan-keputusan kocak atau tragis dalam game ini mudah sekali diviralkan. Namun, di balik kesederhanaannya, ada alasan mendasar mengapa game ini dan genre “idle naratif” cocok dengan selera pasar Indonesia saat ini:
- Aksesibilitas Tinggi dan Persyaratan Minim: Game ini bisa dijalankan di hampir semua perangkat, dari smartphone kelas menengah hingga laptop lama. Tidak memerlukan koneksi internet stabil setelah diunduh, menjawab tantangan infrastruktur di berbagai daerah.
- Kurva Belajar Nol: Pemain langsung bisa terjun dan memahami mekanisme intinya dalam hitungan detik. Ini menghilangkan hambatan bagi casual gamer atau mereka yang baru mengenal dunia game.
- Kepuasan Instan dan Siklus Feedback Cepat: Setiap keputusan (mengiyakan atau menolak permintaan penduduk) memberikan dampak visual dan statistik yang langsung terlihat. Kepuasan instan ini sangat sesuai dengan pola konsumsi konten generasi sekarang.
- Narasi yang Dipersonalisasi: Meski alur dasarnya sama, kombinasi keputusan yang dibuat setiap pemain menciptakan “cerita” kerajaan yang unik. Elemen role-playing ringan ini menciptakan keterikatan emosional.
Analisis Gameplay: Mengapa Mekanisme “Idle” dan “Keputusan Berbasis Teks” Begitu Memikat?
Gameplay idle naratif seperti dalam Sort the Court sebenarnya adalah perpaduan genius dari beberapa elemen psikologis game design.
Pertama, daya tarik dari progresi otomatis (idle/clicker). Pemain bisa merasakan kemajuan bahkan ketika tidak aktif bermain. Sumber daya (koin, populasi) terus bertambah, memberikan rasa pencapaian yang konstan. Ini cocok untuk gaya hidup sibuk di Indonesia, di mana orang bisa membuka game sebentar, mengumpulkan hasil, membuat beberapa keputusan, lalu menutupnya lagi tanpa merasa kehilangan progres.
Kedua, kekuatan narasi berbasis pilihan. Setiap interaksi dalam Sort the Court adalah sebuah keputusan berbasis teks yang sederhana: “Bolehkah saya membangun toko?” atau “Ada naga yang meminta korban, setuju?”. Pilihan ini, meski tampak sepele, membangun sebuah dunia dan cerita. Pemain menjadi raja yang menentukan nasib kerajaannya. Elemen narasi inilah yang membedakannya dari game idle murni seperti “Cookie Clicker”. Ada cerita dan karakter yang berkembang, meski disajikan dengan teks dan sprite sederhana.
Ketiga, loop gameplay yang adiktif. Siklus “membuat keputusan -> melihat konsekuensi (baik/buruk) -> mengumpulkan sumber daya -> membangun upgrade -> menghadapi keputusan baru” menciptakan sebuah loop yang sulit untuk dihentikan. Setiap sesi bermain singkat terasa bermakna dan mendorong untuk “satu keputusan lagi”.
Konteks Lokal Indonesia: Mengisi Waktu Senggang dengan Cerita
Di Indonesia, konsep mengisi waktu senggang seringkali diisi dengan aktivitas ringan seperti berselancar di media sosial, menonton video pendek, atau mengobrol. Game idle naratif masuk ke dalam celah ini dengan menawarkan interaktivitas dan kepemilikan cerita yang tidak didapatkan dari aktivitas pasif tersebut.
Budaya bercerita dan berbagi pengalaman yang kuat di Indonesia juga turut mendorong viralitas genre ini. Pemain senang membagikan screenshot atau merekam momen-momen lucu, aneh, atau dramatis dari keputusan mereka di game. “Coba deh, aku tadi jadiin kerajaannya kaya raya karena izinin semua pertambangan!” atau “Gara-gara nolak permintaan penyihir, seluruh kerajaanku jadi hancur!” menjadi bahan obrolan yang menarik di grup WhatsApp atau forum komunitas.
Selain itu, tekanan dan kesibukan kerja atau studi di perkotaan membuat banyak orang mencari pelarian yang tidak menuntut terlalu banyak energi kognitif. Game berat dengan misi panjang dan mekanisme rumit justru bisa terasa seperti “tugas kedua”. Sort the Court dan sejenisnya hadir sebagai digital palate cleanser—hiburan yang menyegarkan tanpa beban.
Masa Depan Genre Idle Naratif dan Peluang bagi Developer Lokal
Kebangkitan kembali game-game semacam ini membuka mata akan peluang pasar yang masih sangat luas. Gamer Indonesia, dengan jumlah yang masif, sangat heterogen. Tidak semua menginginkan pengalaman gaming yang intens. Tren ini menunjukkan bahwa pasar untuk game sederhana, naratif, dan mudah diakses masih sangat besar.
Bagi developer game Indonesia, ini adalah peluang emas. Genre ini relatif membutuhkan sumber daya yang lebih kecil dibandingkan pengembangan game AAA atau bahkan mobile RPG standar. Kunci suksesnya terletak pada:
- Kekuatan Cerita dan Humor: Menulis narasi dan dialog yang relevan, kocak, atau menyentuh dengan konteks lokal.
- Kedalaman di Balik Kesederhanaan: Seperti Sort the Court yang memiliki sistem ekonomi dan event tersembunyi di balik tampilan sederhana.
- Optimalisasi untuk Platform Mobile: Sebagai perangkat gaming utama di Indonesia.
- Integrasi dengan Platform Sosial: Memudahkan pemain untuk membagikan pencapaian atau momen kocak dari cerita unik mereka.
Contoh game lokal yang sudah menyentuh elemen serupa dan bisa dikembangkan lebih jauh adalah game-game dengan cerita berbasis pilihan (choice-based narrative) yang disesuaikan dengan setting dan budaya Indonesia.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Tren Sesaat
Fenomena kembalinya Sort the Court dan game idle naratif lainnya bukan sekadar nostalgia atau tren sesaat. Ini adalah respons alami terhadap lingkungan digital dan gaya hidup modern. Game-game ini berhasil memenuhi kebutuhan akan hiburan instan, kepuasan langsung, dan keterikatan naratif dalam paket yang mudah dicerna.
Bagi para gamer, genre ini adalah opsi sempurna untuk mengisi waktu senggang dengan sesuatu yang lebih interaktif dan memuaskan dibandingkan sekadar scrolling media sosial. Ia menawarkan esensi dari bermain game—yaitu membuat pilihan dan melihat dampaknya—dalam bentuknya yang paling murni dan mudah diakses. Di tahun 2025, di mana waktu adalah komoditas yang semakin berharga, game dengan gameplay idle naratif yang dirancang dengan baik seperti Sort the Court justru menemukan momentum emasnya, membuktikan bahwa dalam dunia game, kedalaman pengalaman tidak selalu berbanding lurus dengan kompleksitas grafis atau mekanisme.